Senin, 24 Oktober 2011

Life Style : Body Piercing: Ornamental Budaya Tradisional Ke Kosmopolitan

Body Piercing: Ornamental Budaya Tradisional Ke Kosmopolitan
By: Jepri Nainggolan, SS.

A constructivist point of view a body modification can help people “express something about
themselves that they find difficult to put into words”
(Hennessy, 2009, p. 227)
Kaum konstruktif menyatakan bahwa modifikasi tubuh dapat membantu orang “mengungkapkan sesuatu tentang diri mereka yang sulit dinyatakan dalam kata-kata” ( terjemahan redaksi).

Asal-Asul
Piercing atau tindik tubuh menurut catatan tertua pertama kali direkam adalah tindik telinga sekitar 5.000 tahun yang lalu, sementara untuk tindik hidung diyakini dimulai sekitar 1.500 sebelum masehi lalu berturut-turut tindik bibir dan tindik lidah diketemukan pada budaya Amerika dan budaya Afrika, juga Indonesia,  yang terbaru adalah tindik putting susu diketahui berasal dari Romawi kuno dan tindik alat genital berasal dari abad ke-III sampai ke-V di India kuno, lalu menjadi popular semenjak perang dunia ke-II dan menjadi mainstream ( umum )  sekitar tahun 1990-an.
Manusia yang terbanyak menindik tubuhnya
Secara resmi julukan “Wanita terbanyak ditindik” dipegang oleh Elaine Davidson  dari Skotlandia dengan rekor dunia (Guinnes World Record )  ketika pertama kali dibukukan pada tahun 2000 yang lalu dengan 462 tindikan ditubuhnya 192 diantaranya disekujur kepala dan wajahnya. Pada bulan June 2006 dia perbaiki skor dunianya menjadi 4.225 tindikan lalu pada  februari tahun 2009 menjadi 6.005 tindikan !
Untuk laki – laki julukan itu disandang oleh Luis Antonio Aguero dengan 230 tindikan dengan 175 cincin menghiasi wajahnya !
Resiko Kesehatan Tindik tubuh

Tindik tubuh sangat rentan dan terbuka terhadap resiko. Menurut survey yang dilakukan di Inggris terjadi komplikasi sebanyak 31%, butuh bantuan ahli profesional sebanyak 15,2% dan 0,9% mengalami komplikasi serius dan butuh dirawat di rumah sakit.
Beberapa kasus yang ditemui dalam tindik tubuh adalah :

1.      Reaksi Alergi terhadap perhiasan logam, khususnya logam Nikel.
2.      Infeksi, akibat virus atau bakteri khususnya Staphylococcus aureus, group A streptococcus dan Pseudomonas spp.
3.      Memperbesar bekas luka tindik termasuk hypertrophic scar dan keloid
4.      Trauma fisik
  1. Penyakit menular lewat darah (blood borne diseases), seperti hepatitis B dan C, tetanus, serta HIV.
  2. Penyakit mulut dan merusak gigi hingga gusi bengkak karena infeksi.
  3. Kanker.
  4. Trauma tindik, seperti robek karena kecelakaan. Kadang memerlukan pembedahan atau jahitan yang bisa meninggalkan bekas luka atau cacat permanen.
  5. Menyebabkan gangguan pada otak.
Resiko-resiko ini tidak diperuntukkan untuk menakuti atau berusaha cegah anda melakukan tindik tubuh tetapi benar-benar terjadi dan ada, bahkan ada kasus yang sampai merenggut nyawa; kasus kematian ini terjadi  di Caerphilly seorang wanita tewas dua hari kemudian setelah melakukan tindik lidah, karena keracunan darah, Jurnal kedokteran Archives of Neurology melaporkan seorang remaja berusia 22 tahun juga tewas setelah melakukan tindik lidah, laki-laki muda malang ini tewas karena penumpukkan nanah diotak atau lazim disebut Abses oleh dunia kedokteran, akibat reaksi setelah menindik lidah !

Ornamental Budaya Tradisional ke Kosmopolitan

Kalau sebelumnya di kebudayaan tradisional Body piercing untuk menggambarkan status seseorang seperti di Kalimantan, Irian jaya atau Indian.

Suku Indian melakukan body piercing dengan cara menggantungkan dada dengan kait besi dibagian dada. Ritual yang disebut OKIPA ini diperuntukan bagi lelaki yang akan diangkat menjadi tentara atau panglima perang. Sementara sebuah suku di India melakukan ritual menusuki tubuh dengan jarum yang panjangnya bisa mencapai sekitar satu meter untuk menghormati dewa. Ritual bernama Kavandi ini biasanya digelar setiap februari.

Di Indonesia, tradisi tindik biasa dilakukan warga Suku Asmat di kabupaten Merauke dan Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Lelaki Asmat menusuki bagian hidung dengan batang kayu atau tulang belikat Babi sebagai tanda telah memasuki tahap kedewasaan.

Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaaan tubuh melalui tindik di daun telinga sejak abad ke-17. Tak sembarangan orang bisa menindik diri. hanya pemimpin suku atau panglima perang yang mengenakan tindik dikuping. Sedangkan kaum wanita Dayak menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar kuping daun telinga. Menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun telinga, semakin cantik dan tinggi status sosialnya di masyarakat. Model primitif inilah yang akhirnya banyak ditiru komunitas piercing di dunia.

Kosmopolitan Personality Disorder

Capaian-capain dunia moderen di berbagai bidang ilmu pengetahuan ternyata juga memberi efek lain ke dunia mental penduduknya.

Kehidupan sosial dengan segala atributnya membuat kita menjadi “obyek” dari kelas sosial sehingga kita selalu merasa “diburu, dicurigai, dianggap rendah” bahkan tak jarang dari kita merasa kita wajib menjauhi dunia moderen yang penuh kecurigaan dan penghakiman tersebut.

Tekanan sosial dunia moderen tadi membuat kita “ingin lari” , “butuh kompensasi” lalu mencoba sembunyi di balik “justifikasi” yang kita ciptakan untuk kenyamanan kita.


Apa yang kita rasakan itu sebagai manusia sosial merangsek kaum muda ( walau tidak seluruhnya benar-benar muda), mereka kaum muda yang sedang “belajar” ini dan mencari “Pengejewantahan diri” bentuk kenyamanan baru sebagai kaum muda. Memberontak! Dan anti Kemapanan, ingin punya warna dunia sendiri atau ingin eksistensi yang ekslusif mendorong kaum muda ini secara naluriah membentuk komunitas elit ( setidaknya itu anggapan mereka) memberi emblem dan tanda komunitas mereka termasuk dengan memberi “tanda anggota” yang tidak pernah dirumuskan sebelumnya apalagi dicatatkan tetapi lahir karena kesamaan, Pemberontakan!, tentu diantaranya adalah tato dan tindik tubuh! Entah mengapa ini jadi pilihan atau terjadi begitu saja, atau mungkin kesan yang ditimbulkan oleh tato dan tindik tubuh sesuai dengan gambaran pemberontakan? Sesuai dengan anti kemapanan? Penuh semangat dan Angker! Pilihan diksi diatas agaknya lebih baik ketimbang saya terjebak pada dunia moderen yang “penuh curiga” atau ketimbang menggunakan istilah Psikologi “PERSONALITY DISORDER” atau “GANGGUAN KEJIWAAN”.

Apapun alasannya, saya tidak ingin terjebak dalam dunia “penuh kecurigaan” dan “dunia penghakiman” dari sampah dunia moderen itu, lebih baik saya menimbang-nimbang perkataan para konstruktifis diatas…

A constructivist point of view a body modification can help people “express something about
themselves that they find difficult to put into words”
(Hennessy, 2009, p. 227)
Kaum konstruktif menyatakan bahwa modifikasi tubuh dapat membantu orang “mengungkapkan sesuatu tentang diri mereka yang sulit dinyatakan dalam kata-kata” ( terjemahan redaksi).
(data : dari berbagai sumber)

Intelektual : PENINGKATAN KUALITAS GURU-GURU DI KALTIM

PENINGKATAN KUALITAS GURU-GURU DI KALTIM

Oleh : DRS. Armainsyah

     Penyelenggaraan Diklat Guru pemandu / pengembang PKn dan IPS SD, SMP, SMA, dan SMK Tahap I kerjasama Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur dengan PPPPTK PKn dan IPS.
     Dalam menyongsong masa depan pembangunan jangka panjang di Kalimantan Timur yang sedang bergulir dengan cepat ini, tentu saja pemerintah provinsi berlomba pula untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Dalam hal ini tidak terlepas dengan kualitas para guru yang nantinya akan mencetak sumber daya manusia(SDM) di setiap kabupaten kota yang ada di Kalimantan Timur. Secara berkesinambungan dan terprogram dengan baik pula. Sehingga nantinya akan menghasilkan guru-guru pengajar berkualitas, professional, cerdas dan berdedikasi tinggi dalam memegang kode etik sebagai guru yang bertanggung jawab dalam rangka membangun pondasi-pondasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini.
     Peningkatan kualitas pendidikan saat ini menjadi prioritas, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Komitmen ini salah satunya diwujudkan melalui upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan tenaga kependidikannya. Pendidik di bidang pendidikan PKn dan IPS merupakan salah satu prioritas mengingat pentingnya pendidikan PKn dan IPS dalam mendukung SDM.
     Dalam kerangka kerja itulah saat ini Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur mengadakan kerjasama dengan PPPPTK PKn dan IPS. Kerja sama ini akan diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan diklat peningkatan kompetensi guru PKn dan IPS SD, SMP, SMA, dan SMK yang diperuntukan pada guru-guru di daerah Kalimantan Timur. Melalui peningkatan kompetensi guru ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan PKn dan IPS di provinsi Kalimantan Timur umumnya.
     Guru-guru yang mengikuti diklat diperkirakan berjumlah 230 orang guru PKn dan IPS SD, SMP, SMA dan SMK se Kalimantan Timur. Adapun jumlah peserta guru SD yang mengajar PKn dan IPS sebanyak 100 orang, guru-guru SMP sebanyak 65 orang, guru-guru SMA ada 35 orang, dan yang terakhir guru-guru SMK diperkirakan ada 30 orang.
     Adapun yang mengikuti Diklat Peningkatan Kompetensi berbasis ITC (information, communication and Technology) untuk jenjang SMK jumlah peserta 36 orang selama 3 hari. Dan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur mendatangkan langsung instrukturnya dari Cianjur(Jawa Barat). Dan masih banyak lagi diklat-diklat seperti: Pengembang Profesi jenjang SMK diikuti peserta sebanyak 30 orang, diklat Administrasi Perkantoran jenjang SMK peserta 25 orang, diklat Bimbingan dan Penyuluhan jenjang SMK peserta 25 orang. Begitu pula kerjasama dengan universitas Malang, guru SLB diikutkan sebagai peserta 45 orang, guru SD jumlah peserta 90 orang.
     Dengan adanya diklat yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur ini, sudah barang tentu para guru diharapkan lebih memahami materi PKn dan IPS( baik konsep, maupun penerapan dalam kehidupan sehari-hari), serta lebih mampu menyampaikannya, mampu menerapkannya dalam proses belajar mengajar kepada siswa yang dihadapinya. Sehingga guru yang berkualitas akan melahirkan siswa yang berkualitas pula. Dan pada akhirnya sumber daya manusia (SDM) Kalimantan Timur mampu membangun daerahnya dengan kemandirian tingkat tinggi dan menjunjung profesionalitas yang terpelihara yang nantinya diwariskan kepada generasi selanjutnya. Begitulah paparan ibu DRA. Hj. Dayang Budiati Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda saat ditemui SERAPO.   

Sejarah : Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bangsawan Demokratis, Mengabdi untuk Nusa dan Bangsa.

     Sri Sultan Hamengku Buwono IX dilahirkan di nDalem Pakuningratan kampung Sompilan Ngasem pada hari Sabtu Pahing tanggal 12 April 1912 atau menurut tarikh Jawa Islam pada tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842 dengan nama Dorodjatun. Ayahnya adalah Gusti Pangeran Haryo Puruboyo, yang kemudian hari ketika Dorodjatun berusia 3 tahun Beliau diangkat menjadi putera mahkota (calon raja) dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putera Narendra ing Mataram. Sedangkan ibunya bernama Raden Ajeng Kustilah, puteri Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Raden Ayu Adipati Anom.
     Sejak usia 4 tahun Dorodjatun sudah hidup terpisah dari keluarganya, dititipkan pada keluarga Mulder seorang Belanda yang tinggal di Gondokusuman untuk mendapat pendidikan yang penuh disiplin dan gaya hidup yang sederhana sekalipun ia putra seorang raja. Dalam keluarga Mulder itu Dorodjatun diberi nama panggilan Henkie yang diambil dari nama Pangeran Hendrik, suami Ratu Wilhelmina dari Negeri Belanda. Henkie mulai bersekolah di taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer yang terletak di Bintaran Kidul. Pada usia 6 tahun Dorodjatun masuk sekolah dasar Eerste Europese Lagere School dan tamat pada tahun 1925. Kemudian Dorodjatun melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan kemudian di Bandung. Pada tahun 1931 ia berangkat ke Belanda untuk kuliah di Rijkuniversiteit Leiden, mengambil jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi. Ia kembali ke Indonesia tahun 1939.
     Setahun kemudian, tepatnya pada hari Senin Pon tanggal 18 Maret 1940 atau tanggal 8 bulan Sapar tahun Jawa Dal 1871, Dorodjatun dinobatkan sebagai raja Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono, Senopati Ing Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX. Arti gelar tersebut ialah bahwa sultanlah penguasa yang sah dunia yang fana ini, dia juga Senopati Ing Ngalogo yang berarti mempunyai kekuasaan untuk menentukan perdamaian atau peperangan dan bahwa dia pulalah panglima tertinggi angkatan perang pada saat terjadi peperangan. Sultan juga Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo atau penata agama yang pemurah, sebab dia diakui sebagai Kalifatullah, pemakmur bumi sebagaimana Nabi Muhammad Rasul Allah.
     Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan contoh bangsawan yang demokratis. Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya. Pendidikan Barat yang dijalaninya sejak usia 4 tahun membuat HB IX menemukan banyak alternatif budaya untuk menyelenggarakan Keraton Yogyakarta di kemudian hari. Berbagai tradisi keraton yang kurang menguntungkan dihapusnya dan dengan alternatif budaya baru HB IX menghapusnya. Meski begitu bukan berarti ia menghilangkan substansi sendiri sejauh itu perlu dipertahankan. Bahkan wawasan budayanya yang luas mampu menemukan terobosan baru untuk memulihkan kejayaan kerajaan Yogyakarta. Bila dalam masa kejayaan Mataram pernah berhasil mengembangkan konsep politik keagungbinataraan yaitu bahwa kekuasaan raja adalah agung binathara bahu dhenda nyakrawati, berbudi bawa leksana ambeg adil para marta (besar laksana kekuasaan dewa, pemeliharaan hukum dan penguasa dunia, meluap budi luhur mulianya, dan bersikap adil terhadap sesama), maka HB IX dengan wawasan barunya menunjukkan bahwa raja bukan lagi gung binathara, melainkan demokratis. Raja berprinsip kedaulatan rakyat tetapi tetap berbudi bawa leksana.
     Di samping itu HB IX juga memiliki paham kebangsaan yang tinggi. Dalam pidato penobatannya sebagai Sri Sultan HB IX ada dua hal penting yang menunjukkan sikap tersebut. Pertama, adalah kalimat yang berbunyi: “Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.” Kedua, adalah ucapannya yang berisi janji perjuangan: “Izinkanlah saya mengakhiri pidato saya ini dengan berjanji, semoga saya dapat bekerja untuk memuhi kepentingan nusa dan bangsa, sebatas pengetahuan dan kemampuan yang ada pada saya.”
     Wawasan kebangsaan HB IX juga terlihat dari sikap tegasnya yang mendukung Republik Indonesia dengan sangat konsekuen. Segera setelah Proklamasi RI ia mengirimkan amanat kepada Presiden RI yang menyatakan keinginan kerajaan Yogyakarta untuk mendukung pemerintahan RI. Ketika Jakarta sebagai ibukota RI mengalami situasi gawat, HB IX tidak keberatan ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta. Begitu juga ketika ibukota RI diduduki musuh, ia bukan saja tidak mau menerima bujukan Belanda untuk berpihak pada mereka, namun juga mengambil inisatif yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya, termasuk mengijinkan para gerilyawan bersembunyi di kompleks keraton pada serangan Oemoem 1 Maret 1949. Jelaslah bahwa ia seorang raja yang republiken. Setelah bergabung dengan RI, HB IX terjun dalam dunia politik nasional. Wajarlah wilayah NKRI di Jawa tersebut sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.
     Di era Orde Lama ketika Presiden RI Yang Mulia Ir. Soekarno, Sri Sultan Hamengku Buwono IX  sebagai tokoh nasional mendapat amanat mengabdi pada nusa dan bangsa dengan berbagai jabatan penting. Selepas Proklamasi 1945, menjabat Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Gubernur Militer DIY. Ketika Kabinet Syahrir (2 Oktober 1946 sampai 27 Juni 1947) sebagai Menteri Negara, dalam Kabinet Amirsyarifuddin I & II (3 juli 1947 s.d. 11 November 1947 dan 11 November 1947 s.d. 28 Januari 1948) sebagai Menteri Negara. Pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 s/d 4 Agustus 1949) menjabat Menteri Negara dan dalam Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 s/d 20 Desember 1949) selaku Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri. Pada masa RIS (20 Desember 1949 s.d. 6 September 1950) jabatannya Menteri Pertahanan, dalam Kabinet Natsir (6 September 1950 s.d. 27 April 1951) Wakil Perdana Menteri. Pada tahun 1951 menjadi Ketua Dewan Kurator UGM Yogyakarta, tahun 1956 Ketua Dewan Pariwisata Indonesia, tahun 1957 Ketua Sidang ke-4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan menjadi Ketua Pertemuan Regional ke-11 Panitia Konsultatif Colombo Plan, tahun 1958 Ketua Federasi Asean Games. Pada 5 Juli 1959 sebagai Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), tahun 1963 Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata dan pada 21 Februari 1966 sebagai Menteri Koordinator Pembangunan.

     Sesudah kejatuhan Orde Lama berganti ke Orde Baru dibawah kekuasaan Presiden RI, Soeharto, Sri Sultan Hamengku Buwono IX  pun tetap mengabdi utuk nusa dan bangsanya. Mulai  11 Maret 1966 menjabat Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi (Ekubang), tahun 1968 Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, tahun 1968 Ketua Umum KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), tahun 1968 Ketua Delegasi Indonesia ke Konferensi PATA (PAsific Area Travel Association) di California, Amerika Serikat. Pada 25 Maret 1973 sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Soeharto dan 23 Maret 1978 mengundurkan diri sebagai Wapres RI dengan alasan kesehatan. Pada 1 Oktober 1988 Kembali ke Rahmatullah di RS George Washington University Amerika Serikat pukul 04.30 waktu setempat. Dan pada 8 Oktober 1988 Jenasah Sri Sultan Hamengku Buwono IX dimakamkan di Astana Saptarengga, Komplek Pemakaman Raja Mataram di Imogiri, 17 km Selatan Kota Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta dan negeri Indonesia pun kehilangan seorang anak bangsa terbaiknya.

 (TS 026/Nur Iswantara).